Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BANK Indonesia (BI) akan memakai instrumen di luar BI rate sebagai suku bunga acuan. Itu diharapkan mempercepat transmisi kebijakan moneter bank sentral ke pasar uang, atau dalam konteks belakangan ini ialah mengebut penurunan suku bunga perbankan.
Rencana BI itu mendapat samĀbutan positif dari pemerintah, pun perbankan. Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui pihaknya telah menjalin komunikasi dengan BI perihal pengalihan suku bunga acuan dari BI rate. "Memang diperlukan alat kebijakan lebih pas. Bagaimana mekanisme transisinya sampai ke sana, tunggu BI nanti menjelaskan," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Walau enggan membeberkan instrumen misterius itu, Darmin menerangkan urgensi perubahan suku bunga acuan. Menurutnya, pengendalian inflasi dari pendekatan pengaturan likuiditas lewat kebijakan moneter tidak lagi relevan. Inflasi di Indonesia acap dipengaruhi ketidakstabilan harga pangan. "BI rate ini dibilang upaya menjangkar inflasi. Padahal, memangnya inflasi itu siapa yang lebih bisa memengaruhi? Ya harga cabai dan bawang," ujar eks Gubernur BI tersebut.
Penggunaan BI rate sebagai policy reference rate dimulai sejak BI menjadikan inflasi sebagai target kebijakan moneter mereka pada 2005. Ketika BI rate kini ada di 6,75%, itu sinyal bahwa BI menghendaki suku bunga pasar di kisaran tersebut.
Untuk mencapainya, BI juga menggelar operasi moneter harian guna mengelola likuiditas di pasar uang. Selayaknya pasar, kondisi permintaan dan penawaran akan likuiditas memengaruhi pembentukan suku bunga pasar. Tingkat suku bunga itu yang akan memengaruhi aktivitas perekonomian, dan kemudian inflasi. Namun, sinyal dari BI rate kini dirasa kurang efektif, seperti tampak dari masih tingginya suku bunga deposito dan kredit walau BI rate sudah turun 3 kali tahun ini.
Positif
Rumor soal instrumen suku bunga acuan baru sudah beredar di kalangan ekonom dan bankir sejak Senin (12/4).
Kabarnya, suku bunga acuan kelak akan mengacu ke tingkat bunga reverse repurchase agreement (repo). Reverse repo merupakan salah satu instrumen BI untuk menyerap ekses likuiditas. Skemanya BI menggadaikan surat berharga kepada bank untuk ditebus dalam jangka tertentu.
Dirut Citibank Indonesia Batara Sianturi menilai, jika suku bunga acuan kelak berbasis suku bunga reverse repo, itu akan lebih realistis karena mendekati suku bunga yang terbentuk di pasar uang antarbank (PUAB). "Impaknya ke perbankan saya rasa positif. Suku bunga lebih mudah single digit," paparnya saat ditemui di Tanjung Priok, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Direktur BNI Panji Irawan menyebut jika bunga acuan didasarkan pada reverse repo rate, yang sekarang 5,5%, itu bisa lebih efektif mendorong suku bunga kredit bank turun.
Wakil Direktur Komunikasi BI Andiwiana Septonarwanto menolak menjelaskan lebih lanjut. Namun, BI berencana memberi penjelasan soal penguatan kerangka kebijakan moneter mereka hari ini. (Arv/Ant/E-2)
nuriman@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved