BCA Isyaratkan Tunda Rencana Biaya Cek Saldo

Ire/Arv/E-2
08/4/2016 12:15
BCA Isyaratkan Tunda Rencana Biaya Cek Saldo
()

RENCANA PT Bank Central Asia Tbk untuk mengenakan biaya cek saldo simpanan di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) masih bergantung pada kajian perusahaan.

"Waktu itu saya bilang kita akan pertimbangkan, analisis. Dari pengecekan, rata-rata memang cuma empat kali dari 13 juta kartu. Tapi secara individu, ada yang ngecek saldo sebulan 780 kali, ada yang 200 kali, ada yang 100 kali," papar Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun buku 2015 di Jakarta, kemarin.

Untuk saat ini, BCA akan mengedukasi nasabah agar memanfaatkan kanal internet banking dan mobile banking. Namun, jika pengecekan saldo di ATM masih terus tinggi, biaya cek akan dikenakan.

"Kalau ini sudah bertobat, akan turun (cek saldo berkali-kali). Kalau yang cek saldo bertobat sudah cukup, enggak usah naikkan fee based. Yang penting kita sosialisasi, literasi supaya mereka tahu."

Ia menyebut biaya operasio­nal juga sudah menurun dengan berkurangnya pengecekan saldo di atas batas wajar empat kali sebulan. Sebelumnya, Jahja mengemukakan wacana pengenaan biaya Rp1.000 bagi pengecek­an saldo via ATM.

Dalam RUPST tahun buku 2015, BCA menyepakati pembagian dividen Rp160/lembar, dengan catatan interim sudah dibagikan Rp55 pada 8 Desember 2015. "Jadi, Rp105/saham yang dibagikan dalam bentuk dividen," jelas Jahja.

Dividen yang dibagikan total mencapai Rp3,95 triliun, atau 21,9% dari laba bersih.

RUPST juga menyetujui perubahan susunan komisaris dan direksi BCA. Sumantri Slamet menggantikan Sigit Pramono selaku komisaris independen. Kemudian, masa jabatan dua direktur, Dahlia M Ariotedjo dan Anthony Brent Elam, telah selesai. Jajaran direksi diisi wajah baru, yaitu Santoso, Lianawaty Suwono, Inawaty Handoyo, serta Armand Wahyudi Hartono.

Di lain hal, PT Bank OCBC NISP Tbk kembali meniadakan pembagian dividen tahun buku 2015. Laba ditahan akan dipakai untuk memperkuat permodalan perusahaan.

"Di 2015 lalu kami mencatat­kan pertumbuhan laba 13% jika dibandingkan dengan 2014 menjadi Rp1,5 triliun," tutur Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja seusai RUPS di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, OCBC NISP selama 10 tahun terakhir memang tidak membagikan dividen dengan tujuan pengu­atan modal. Dengan laba ditahan itu, modal inti perusahaan disebut Parwati telah mencapai Rp16,5 triliun. (Ire/Arv/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya