Salah Alasan yang Bikin Alergi

Jes/E-3
29/3/2016 06:10
Salah Alasan yang Bikin Alergi
(MI/MOHAMAD IRFAN)

DIREKTUR Eksekutif Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Philips Jusarlo Vermonte menyadari banyak penilaian negatif terhadap isu masuknya Indonesia ke dalam Trans Pasific Partnership (TPP).

Salah satunya, ialah TPP akan membuat ekonomi Indonesia menjadi Amerika Serikat sentris.

Pandangan itu diutarakan karena banyak kalangan yang menilai Amerika Serikat yang menginisiasi TPP.

Namun, ia mengatakan Amerika Serikat baru masuk ke TPP pada 2008, tiga tahun setelah TPP berdiri.

"Karena banyak yang bilang inisiatornya Amerika dan kalau Indonesia masuk jadi Amerika sentris, masyarakat jadi alergi. Padahal, Amerika Serikat ikut pada 2008 dan TPP sudah ada sebelumnya pada 2005. Inisiatornya Brunei Darusallam, Singapura, Cile, dan Selandia Baru," ucap Philips dalam diskusi di kantor CSIS, Jakarta, kemarin.

Meski demikian, Philips juga tidak memusingkan kalau saja 'Negeri Paman Sam' tersebut yang menjadi inisiator TPP.

Pasalnya, setiap negara yang ingin bergabung dalam TPP bisa bernegosiasi soal sistem perdagangan yang akan diterapkan di negaranya.

"Seperti Malaysia, ada kepentingan nasional mereka yang harus disesuaikan saat masuk TPP. Kita mestinya berani memperjuangkan kepentingan kita," tukasnya.

Hal lain yang membuat alergi masyarakat lagi terhadap TPP ialah liberalisasi ekonomi.

Namun, Philips menilai dengan masuknya Indonesia ke dalam TPP yang tercipta justru efisiensi.

Dia menyatakan barang dan jasa di Indonesia sudah kalah efisien sebesar 30% ketimbang barang dan jasa di Malaysia.

"Memang akan ada looser dan winner jika kita masuk TPP. Kemenangan akan diperoleh pengusaha yang berorientasi ekspor, sedangkan kekalahan akan dirasakan importir. Dalam jangka pendek mungkin akan banyak penyesuaian-penyesuaian yang membuat Indonesia merasa 'sakit', tapi jangka panjangnya ada efisiensi terhadap barang dan jasa di sini," imbuhnya.

Ketua Bidang Perdagangan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Yos Adiguna Ginting menilai sudah saatnya Indonesia masuk ke perdagangan bebas jika memang ingin menjadi negara maju.

Dia pun menyebut sepanjang 2015, neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara TPP mengalami surplus US$2 miliar.

"Tapi, kita mesti mengidentifikasi sektor yang sebaiknya dipercepat dan diperlambat untuk dikerjasamakan di TPP nanti."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya