Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PELONGGARAN kebijakan moneter yang sedang dilancarkan Bank Indonesia harus ditunjang dengan inflasi yang terjaga.
Kendati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 memasang asumsi inflasi 4,7%,
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkap 4,5% merupakan toleransi yang sebaiknya tidak dilampaui.
"Kalau inflasi tidak dikendalikan, akan menciptakan iklim kita kurang kompetitif, tingkat bunga tidak bisa diturunkan," kata Agus di sela Seminar Structural Reforms in Emerging Asia, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, kemarin.
Februari lalu, tingkat inflasi year-on-year (yoy) masih bertengger aman di kisaran 4,42%.
Namun, berdasarkan penelitian internal otoritas moneter, di Maret 2016 tingkat inflasi akan berada pada angka 0,28%.
"Kita survei di minggu ketiga bulan Maret, inflasi Maret 0,28%. Kalau 0,28% yoy jadi 4,53%. Kalau sudah di atas 4,5%, jangan terjadi seperti itu," paparnya prihatin.
Inflasi tersebut, sayangnya, lagi-lagi disumbang oleh volatile food seperti bawang merah dan cabai.
Harga cabai di dalam negeri belakangan terus meroket.
Bahkan, per Maret kenaikan harganya mencapai 400% jika dibandingkan dengan Januari lalu (Media Indonesia, 21/3).
"Kami ingin meyakinkan koordinasi antara pemerintah, BI, dan pemda benar-benar baik. Supaya inflasi terjaga di 3%-5%, jadi harus ada di 4% karena pada 2015 inflasi 3,35%."
Agus menambahkan, jika laju inflasi tidak terkendali, iklim usaha menjadi kurang kompetitif.
Di saat sama, tingkat suku bunga sulit diturunkan.
Sepanjang kuartal I ini, BI sudah tiga kali memangkas suku bunganya dan kini BI rate di posisi 6,75%.
Untuk harga BBM, setelah turun pada Februari lalu, pemerintah bersiap memangkas lagi pada April seiring dengan harga minyak dunia yang bertahan di US$30-US$40 per barel.
Pengendalian inflasi, yang mencerminkan tingkat kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat, juga akan memuluskan pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Asian Development Bank (ADB) Edimon Ginting memprediksi perekonomian Indonesia kuartal I bakal melampaui ekspektasi.
Ia melihat kondisi kuartal awal tahun ini lebih baik ketimbang periode serupa di 2015 yang tercatat tumbuh 4,8% (yoy).
"Hampir pasti di atas 5%," kata dia di tempat sama.
Sebelumnya, BI mengestimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I sebesar 5,1% (yoy), sedangkan Dana Moneter Internasional mem-prakirakan pertumbuhan 4,9%.
"(Pertumbuhan) Indonesia tidak buruk, masalahnya kita punya potensi lebih tinggi dan itu belum tercapai," imbuh Edimon.
Terlena
Momentum menderasnya arus kapital ke dalam negeri (capital inflow) pascakebijakan suku bunga negatif sejumlah negara maju dan deselerasi laju perekonomian global, ujar eks menteri keuangan Chatib Basri, mesti dimanfaatkan sebaik mungkin guna mendongkrak pertumbuhan Indonesia.
Di masa lalu, Indonesia terlena dengan membanjirnya likuiditas global dan lupa mengalihkannya ke sektor yang tepat.
Di sisi lain, pemodal asing yang masuk sekadar menyasar sektor komoditas dan pasar domestik yang besar.
"Tapi penerimaan dari pasar itu dalam rupiah, sementara FDI (penanaman modal asing) dalam dolar, jadinya membebani balance of payment (neraca pembayaran Indonesia)," jelasnya.
Chatib berpandangan, kali ini sektor manufaktur berorientasi ekspor mesti diarustengahkan untuk membantu sektor infrastruktur mendongkrak pertumbuhan.
Indonesia pun disebutnya mesti mulai mengkaji instrumen alternatif agar tidak mudah diombang-ambing hot money.
Salah satu instrumen yang ia usulkan ialah Tobin Tax, yakni pemberlakuan pajak progresif untuk modal asing berdasarkan jangka waktunya.
Pajak itu bisa jadi disinsentif bagi penanaman modal berjangka pendek.
Semakin lama tenor investasi, pajak yang dipungut bisa diperkecil.
"Atau, jangan pakai tax, tapi fee. Jadi kalau orang beli saham jangka pendek, fee-nya lebih mahal daripada dia beli saham jangka panjang. Kan bisa," saran Pacific Fellow dari University of California itu. (SS/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved