Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Harga Penawaran Kembali Rendah, Saham BRIS Merosot Tajam

Fetry Wuryasti
23/10/2020 07:05
Harga Penawaran Kembali Rendah,  Saham BRIS Merosot Tajam
Petugas BRI Syariah menerima penukaran mata uang asing(Antara/Dewi Fajriani)

HARGA  saham emiten Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) hari ini kembali menyentuh Auto Reject Bawah (ARB) 6,81% dan ditutup pada level 1.300 per saham.

"Ini terjadi karena kelihatannya proses merger itu perlu penerbitan saham baru. ada tender offer di sana. Diperkirakan harganya akan dibeli pada angka 700an per saham. Jadi awalnya orang berpikir bahwa valuasinya akan tinggi di atas. Jadi ada koreksi dahulu," kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam Seminar Analis Pasar Modal "Outlook Investasi 2021, Kamis (22/10).

Skema penggabungan atau merger dimulai dengan peningkatan modal dasar BRI Syariah. Adapun saham dua bank yang akan bergabung yaitu BSM dan BNI Syariah akan dikonversi menjadi modal BRIS. Konversi saham tersebut didasarkan pada nilai pasar masing-masing saham bank yang terlibat merger.

Namun, bagi pemegang saham yang menolak rencana merger bisa meminta sahamnya dibeli dengan harga wajar. Terkait hal itu, induk BRI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. telah sepakat untuk menyerap saham milik investor yang menolak merger. Kedua belah pihak telah meneken Perjanjian Kesanggupan Pembelian Saham pada 19 Oktober 2020.

Harga saham yang akan diserap mencapai Rp781,29 per saham. Harga ini merupakan nilai pasar wajar atas saham BRIS, sebagaimana dinyatakan dalam hasil penilaian dari penilai independen, KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan.

Tetapi semua proses belum dipastikan, karena masih menunggu dari persetujuan otoritas. Dia yakini merger ini kebijakan yang positif bagi industri keuangan syariah di Indonesia.

Hans mengatakan industri keuangan syariah memang menjanjikan. Sebab Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim besar. Sehingga keuangan syariah seharusnya menjadi satu pilihan yang potensial.

Bergabungnya PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) dia katakan menjadi prospek bisnis bagus ke depan. Alasannya sebuah bank main besar akan makin menarik dan kuat skala bisnisnya. Efisiensi mereka akan tinggi bisa mendapatkan dana pihak ketiga dengan biaya lebih rendah.

"Merger dari tiga bank syariah BUMN akan sangat positif," kata Hans. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya