Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
NERACA perdagangan Indonesia pada September 2020 kembali mengalami surplus sebesar US$2,44 miliar. Itu karena total nilai ekspor mencapai US$14,01 miliar, lebih tinggi dibanding total nilai impor yang hanya US$11,57 miliar. Dengan demikian, neraca dagang Indonesia mengalami surplus selama 5 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Surplus September ini lebih besar dibanding surplus Agustus yang sebesar US$2,35 miliar. Ini juga jauh lebih besar dibandingkan posisi September 2019 yang mengalami defisit US$183,3 juta,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).
Dia menambahkan, total nilai ekspor pada September tumbuh 6,97% bila dibandingkan Agustus 2020 (month to month/mtm) yang hanya US$13,10 miliar. Tumbuhnya nilai ekspor itu lantaran terjadi pertumbuhan ekspor migas sebesar 17,43% mtm menjadi US$0,70 mliliar dari nilai sebelumnya US$0,60 miliar. Demikian pula ekspor nonmigas yang tumbuh secara bulanan dari US$12,50 miliar menjadi US$13,31 miliar atau tumbuh 6,47%.
Namun, bila dibandingkan dengan September 2019 yang sebesar US$14,08 miliar (year on year/yoy), pertumbuhan nilai ekspor September 2020 masih negatif 0,51%. “Jadi masih menurun, tapi penurunannya sangat tipis. Mudah-mudahan di bulan berikutnya eskpor kita bisa naik baik mtm maupun yoy. Turunnya ekspor yang tipis ini karena ekspor migas kita turun 12,44%. Tapi ekspor nonmigas kita mengalami kenaikan 0,21%,” jelas Suhariyanto.
Pertumbuhan nilai ekspor itu, kata dia, terjadi lantaran sektor pertanian tumbuh 20,84% mtm dan 16,22% yoy. Pertumbuhan ekspor pertanian itu didorong produk hortikultura, seperti sayur-sayuran, buah-buahan tahunan, kopi, dan udang hasil tangkap.
Melejitnya ekspor di sektor pertanian itu berkontribusi pada total nilai ekspor sebesar 2,95% di September 2020. Kontribusi itu jauh lebih baik dibandingkan kontribusinya pada September 2019 yang hanya 2,5%. “Tentu kita berharap bahwa ekspor pertanian ini akan semakin baik,” ujar Suhariyanto.
Impor, imbuh Suhariyanto, juga mengalami pertumbuhan secara bulanan. Tercatat pertumbuhannya mencapai 7,71% dibandingkan Agustus 2020. Pertumbuhan nilai impor berasal dari naiknya nilai impor migas sebesar 23,50% dari US$0,95 miliar pada Agustus menjadi US$1,17 miliar di September. Sama halnya dengan impor nonmigas yang tumbuh 6,18% mtm dari US$9,79 miliar menjadi US$10,40 miliar.
Namun, nilai impor itu masih lebih rendah bila dilihat secara tahunan. Terjadi pertumbuhan negatif sebesar 18,88% karena pada September 2019 total nilai impor mencapai US$14,26 miliar. “Nilai impor September 2020 masih mengalami pertumbuhan negatif 18,88% karena masih ada penurunan impor dari sisi migas maupun nonmigas. Total nilai impor September 2019 sebesar US$14,26 miliar,” jelas Suhariyanto.
Pertumbuhan impor itu ditunjang menurunnya impor barang konsumsi sebesar -6,12% (mtm), bahan baku atau penolong tumbuh 7,23% (mtm), dan impor barang modal tumbuh 19,01% (mtm). Suhariyanto bilang, tumbuhnya impor bahan baku dan barang modal akan berpengaruh positif pada geliat industri dalam negeri. (OL-14)
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali membanggakan neraca perdagangan nasional yang terus menunjukkan tren positif. Surplus selama 48 bulan menurutnya patut diapresiasi.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) ditutup menguat dipengaruhi oleh penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) April 2024.
Surplus akan sehat jika faktor pendorongnya dari peningkatan ekspor. Sekarang, ekspor kita justru turun dan bisa surplus karena impor turun lebih tajam.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 48 bulan atau 4 tahun beruntun sejak Mei 2020.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi yang baik karena terus menerus di kisaran 5% dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (15/5) dibuka menguat menjelang rilis data neraca perdagangan domestik April 2024.
BPSĀ mencatat sektor perdagangan pertanian kedua negara mengalami pertumbuhan positif pada tahun ini, dengan pertumbuhan volume ekspor 8% hingga 11% dibandingkan tahun 2022.
Selain mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas, petani milenialĀ juga mengikuti uji kompetensi dari BNSP dengan skema perdagangan ekspor
PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) resmi melantai di pasar modal Indonesia dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 500.000.000 saham baru.
Luar biasa total produksi kelor ini, per bulannya bisa mencapai sekitar 25 - 100 ton dengan diversifikasi produk yang cukup beragam mulai dari bubuk teh.
Peningkatan daya saing melalui hilirisasi ini tentunya perlu didukung dengan strategi pemasaran yang tepat untuk menembus berbagai pasar.
Bungkil inti sawit (palm kernel meal atau palm kernel expeller) sebagai bahan konsentrat pakan ternak yang sebelumnya masih dijual di pasar domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved