Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus berupaya memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai keunggulan hasil sumber daya alam Indonesia berupa gas bumi. Selain lebih ekonomis, gas bumi yang melimpah itu bisa memutus ketergantungan impor liquefied petroleum gas (elpiji) selama ini.
“Pemanfaatan gas bumi diharapkan lebih meningkat. Sangat disayangkan apabila gas dalam negeri yang melimpah diekspor dengan harga murah, di sisi lain kita membeli elpiji dengan harga mahal melalui impor,” terang Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo di sela media gathering PGN di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/11).
Dilo memaparkan perbandingannya ialah jika harga gas bumi US$8,56 atau Rp3.000-Rp4.000 per mmbtu, sedangkan untuk gas elpiji sebesar US$20,11 atau Rp12.500 per mmbtu. Itu artinya harga gas bumi lebih murah daripada gas elpiji lebih dari 50%.
“Maka itu, agar ini bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, PGN terus membangun jaringan gas rumah tangga di seluruh daerah guna menyalurkan gas bumi ke rumah tangga. Tujuannya meningkatkan nilai manfaat sumber daya alam Indonesia berupa gas bumi untuk rumah tangga lebih murah 50% ketimbang elpiji yang hampir 60% berasal dari hasil impor,” tutur Dilo.
Division Head of Corporate Communication PGN Desy Anggia menambahkan, penggunaan gas bumi tak hanya bermanfaat bagi rumah tangga, tapi juga bagi industri dalam negeri. Dengan beralih ke gas bumi, menurut Desy, industri dapat menekan biaya produksi hingga 40%. “Bagi industri, kepastian pasokan energi merupakan salah satu hal yang paling penting,” kata Desy.
Desy mencontohkan PT Fajar Surya Tridasa di Bekasi. Pabrik kertas yang terkemuka di Indonesia ini memilih beralih dari bahan bakar elpiji ke gas bumi pada pertengahan tahun lalu karena harga yang lebih murah. (Cah/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved