Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Jelang Konferensi IMF, Bandara Ngurah Rai Berbenah

Arnoldus Dhae
16/6/2017 10:57
Jelang Konferensi IMF, Bandara Ngurah Rai Berbenah
(ANTARA/Fikri Yusuf)

BANDARA Internasional Ngurah Rai Bali akan berbenah diri menjelang Konferensi IMF tahun 2018. Total anggaran pembenahan bandara satu-satunya di Pulau Bali itu tidak tanggung-tanggung, yakni senilai Rp 4 triliun. Konferensi IMF akan dilakukan akhir tahun 2018.

Demi event bertaraf internasional tersebut, pihak PT Angkasa Pura Ngurah Rai Bali siap menjalankan pembenahan dengan rentang waktu kurang lebih 1 tahun. General Manager PT Angkasa Pura Ngurah Rai Yunus Suprayogi saat buka puasa bersama dengan sejumlah awak media tadi malam menjelaskan, seluruh proses pembenahan saat ini sudah mulai tahapan awal seperti regulasi berupa Perpres, master plan, penyusunan rancangan anggaran dan biaya.

"Seluruh tahapan pembenahan Bandara Ngurah Rai sudah mulai dilakukan. Kami juga sudah berkoordinasi dengan semua pihak terutama dengan Pemkab Badung dan Provinsi Bali dan semuanya sangat mendukung dilakukan banyak perbaikan bandara menjelang konferensi IMF," ujarnya.

Menurutnya, memang ada kesan kalau Bandara Ngurah Rai seringkali dibenahi jika ada event dunia. Hal ini dilakukan karena memang luas areal bandara hanya 285 hektare sementara di pihak lain permintaan pasar terus meningkat. Akibatnya, banyak permintaan penerbangan langsung dari berbagai negara terus meningkat harus ditolak oleh Angkasa Pura.

Pembenahan bandara itu dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan jelang forum IMF dan Bank Dunia 2018 dan jangka panjangnya untuk mengakomodasi kebutuhan pariwisata di Bali. Saat ini, bandara dengan runway tunggal ini hanya mampu mengoperasikan 27 pesawat per jam. Kondisi ini karena kurangya lahan parkir. Bila dibenah maka per jam bisa melayani sampai 37 pesawat.

"Selama ini parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai dilakukan secara tandem, susul menyusul depan belakang. Kondisi ini menjadi satu-satunya bandara di dunia yang parkir pesawatnya dilakukan secara tandem depan belakang, mepet sekali," ujarnya.

Total anggaran sebanyak kurang lebih Rp 4 triliun tersebut akan diperuntukan bagi perluasan apron atau lahan parkir pesawat yang rencananya dibangun di sebelah barat landasan pacu atau dekat dengan terminal VVIP1. Perluasan lahan parkir pesawat tersebut membawa konsekuensi pemindahan terminal VVIP, pemindahan terminal domestik dan internasional yang posisinya ditukar atau dikembalikan ke posisi semula, pemindahan lahan untuk pengelolaan limbah dari utara ke selatan dan pembangunan apron di wilayah timur dari landasan pacu.

Untuk tahap pertama pembangunan apron dibutuhkan lahan seluas sekitar 48 hektare yang rencananya memperluas apron yang ada saat ini di sebelah barat dekat landasan pacu. Perluasan parkir pesawat itu akan mengurug sebagian wilayah perairan di dekat landasan pacu sebelah barat. Pengurugan apron seluas sekitar 48 hektare itu, kata dia, merupakan cara yang bisa digunakan mengingat tidak banyak lahan sedangkan metode tiang pancang dinilai berisiko, salah satunya ancaman keamanan bandara. Lahan parkir itu akan menampung 10 pesawat berbadan lebar.

Sementara terminal VVIP akan dipindahkan ke sebelah timur tepatnya di area kargo internasional sehingga ketika ada kegiatan Kepala Negara dan tamu negara, akses menuju bandara tidak ditutup sementara, sehingga penumpang bisa leluasa datang ke terminal. Untuk lahan pengolahan limbah yang berada di sekitar kawasan itu akan dipindahkan ke areal selatan bandara. Selain itu pihaknya juga merencanakan akan menukar posisi terminal domestik dan internasional.

"Kenapa dikembalikan ke posisi semula? Karena lahan bandara cuma 285 hektare, bagaimana mengemas agar kebutuhan dunia terpenuhi di Bali," ucapnya.

Penukaran terminal internasional (di areal timur) menjadi di barat yang saat ini terminal domestik dan sebaliknya juga untuk mengelompokkan parkir pesawat kecil (domestik) dengan kode lahan C untuk berada di apron timur dan pesawat berbadan lebar yang biasanya rute internasional dengan kode lahan F, berada satu jalur dengan apron baru di sebelah barat.

Pihaknya juga akan memperluas lahan parkir pesawat di sebelah timur bandara atau lahan yang saat ini berada dekat dengan kuburan dengan kapasitas parkir pesawat mencapai 10 unit. Sehingga total jumlah pesawat yang dapat ditampung pada lahan parkir (apron) barat dan timur bandara mencapai 20 "parking stan" atau menambah jumlah saat ini yang mencapai 37 dan 16 "parking stan".

Diharapkan dengan terbangunnya lahan parkir pesawat baru itu, pesawat parkir tidak lagi dalam keadaan saling membelakangi atau dialihkan ke bandara terdekat di Bali. Selain itu, pergerakan pesawat juga diharapkan bisa bertambah dari 27 pergerakan selama satu jam menjadi sekitar 35 pergerakan pesawat.
Menurut Yanus, pengembangan infrastruktur bandara tahap pertama itu diperkirakan menelan dana total sekitar Rp4 triliun yang diharapkan dapat dikucurkan dari internal perusahaan dengan mekanisme yang kemungkinan dapat dilakukan yakni utang atau penyertaan modal.

Sinergi antar-BUMN termasuk para kontraktor nasional milik negara juga akan dilakukan untuk mempercepat pengembangan bandara yang ditargetkan konstruksinya mulai Juli 2017 dan diharapkan dapat selesai Okteber 2018. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya