Pemerintah Jaga Fondasi Ekonomi

Tesa Oktiana Surbakti
13/6/2017 07:30
Pemerintah Jaga Fondasi Ekonomi
(Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kiri) menghadiri rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR. MI/M Irfan)

PEMERINTAH optimistis mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%-6,1% dalam postur Rancangan Anggaran Belanja Negara (RAPBN) 2018. Untuk menggapai target pertumbuhan itu, pemerintah fokus mendorong sektor-sektor yang potensial, seperti perdagangan dan pertanian.

“Selain itu juga sektor konstruksi, kami fokus pembiayaan infrastruktur. Begitu pula sektor pertambangan dan pengolahan yang kami harap naik dengan pemulihan ekspor,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, kemarin.

Optimisme itu, kata Sri, dipengaruhi pulihnya ekspor seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi beberapa negara tujuan ekspor potensial seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Selain itu, kata Menkeu, investasi menjadi kunci pertumbuhan.

Arus investasi yang dibawa penanaman modal asing (PMA) dan penanam modal dalam negeri (PMDN) pada 2018 diharapkan tumbuh sekitar 15,9%-16,8% dari target 2017 sebesar Rp670 triliun. Menurut Menkeu, investasi yang memiliki urgensi menjaga pertumbuhan tanpa mendorong defisit anggaran ialah perbankan, pasar modal, BUMN, dan belanja modal (capital expenditure/capex).

Setelah menginjeksi penyertaan modal negara (PMN) kepada sejumlah badan usaha milik negara (BUMN), pemerintah ingin belanja modal pada 2018 naik signifikan 10,4%-10,8% jika dibandingkan dengan target 2017 sebesar Rp347 triliun. Nilai tukar atau kurs rupiah dipatok di kisaran Rp13.500-13.800 per US$. “Kepercayaan diri kami cukup besar sehingga prospeknya positif. Namun, kami masih memperhatikan kenaikan The Fed rate yang memang relatif terkontrol di tengah ketidakpastian yang terjadi, terutama di AS.”
Geopolitik

Menurut dia, meski kondisi ekonomi global mulai pulih, kondisi geopolitik kawasan juga masih harus diwaspadai, terutama Timur Tengah, khususnya Qatar yang sedang diisolasi. Menurut Menkeu, dampak konflik tersebut berpotensi mengguncang harga minyak dunia yang saat ini berada di kisaran US$45-US$50 per barel.

Oleh karena itu, kata dia, setidaknya ada tiga faktor utama yang perlu dijaga dalam fondasi ekonomi dalam negeri. Di antaranya aspek konsumsi dengan menjaga inflasi tetap rendah serta mendorong investasi.

“Yang menjadi perhatian juga bagaimana kenaikan pertumbuhan setiap 1% membawa perubahan lebih baik lagi karena tren pertumbuhan 2013-2016 cenderung melambat. Makanya tema rancangan anggaran ialah memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan penerimaan,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengamini kondisi ekonomi global cenderung membaik. Namun, bank sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 lebih rendah daripada proyeksi pemerintah, yakni di kisaran 5,1%-5,5%.

Proyeksi inflasi BI sejalan dengan pemerintah dengan aspek volatile food (komponen inflasi yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi) berpotensi terkendali. Sementara itu, aspek administered prices diperkirakan cenderung turun. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya