Tiga Akses Dasar Utama Harus Terbuka agar Terjadi Pemerataan

Fetry Wuryasti
11/6/2017 16:16
Tiga Akses Dasar Utama Harus Terbuka agar Terjadi Pemerataan
(MI/ADAM DWI)

HASIL survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) menyimpulkan publik puas dengan kinerja pemerintahan Joko Widodo. Sebanyak 74,8% dari 1.350 responden di Indonesia menilai perjalanan bangsa berada di jalur yang benar.

Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Teddy Lesmana melihat komitmen pemerintah memang sudah benar untuk mendorong ekonomi dengan pembangunan infrastruktur, agar rakyat lebih sejahtera.

Dalam kenyataan masih banyak temukan masyarakat yang berada di kantung-kantung kemiskinan belum banyak yang tersentuh oleh pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Sebab, mereka tidak memiliki akses dasar utama yaitu jaminan sosial, kesehatan, dan pendidikan, untuk kemudian dapat turut menikmati hasil pembangunan infrastruktur yang digiatkan pemerintah.

Padahal, program dan kebijakan pemerintah seharusnya bermanfaat tidak hanya bagi sebagian golongan, tetapi semua elemen masyarakat. Sehingga sebisa mungkin hambatan-hambatan struktural dikikis untuk membuka akses pergerakan ekonomi di masyarakat.

“Dengan kondisi struktur ekonomi yang ada sekarang ini, yaitu tingkat ketimpangan masih cukup lebar di Indonesia. Di lapangan belum sepenuhnya masyarakat miskin tersentuh dalam pembangunan infrastruktur pemerintah selama ini,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Minggu (11/6).

Di sisi lain , aksesbilitas jaminan sosial, kesehatan, dan pendidikan relatif masih sangat rendah dan belum optimal. Ini berakibat pembangunan infrastruktur tidak bisa otomatis secara inklusif dinikmati oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

“Secara struktural bisa dibilang belum ada perubahan yang drastis. Pekerja informal belum bisa mengakses institusi keuangan dengan lancar. Industri perbankan juga belum punya niat yang cukup untuk menduking bergeraknya kegiatan ekonomi bagi sektor-sektor informal. Jadi memang masih ada semacam barrier yang belum menunjukkan perubahan. Meski ada skema-skema pembiayaan kredit dengan bunga rendah, tetapi di lapangan tidak otomatis praktiknya semudah teori,” tukas Teddy. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya