Pertamina-PGN Bersinergi Garap Pipa Gas Duri-Dumai

Tesa Oktiana Surbakti
09/6/2017 16:28
Pertamina-PGN Bersinergi Garap Pipa Gas Duri-Dumai
(ANTARA FOTO/Audy Alwi)

MANDAT pemerintah agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saling bersinergi terus dijalankan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Sinergi dalam memperkuat infrastruktur gas bumi diwujudkan dalam perjanjian kerja sama pembangunan dan pengoperasian bersama pipa transmisi gas Duri-Dumai. Penandatanganan itu merupakan tindak lanjut penugasan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri No. 5975 K/12/MEM/2016.

Kerja sama tersebut juga bertujuan meningkatkan serapan gas domestik, utamanya di wilayah Provinsi Riau. Pembangunan pipa transmisi gas sepanjang 67 kilometer (KM) tersebut dijalankan dalam kurun waktu 18 bulan. Diharapkan pada kuartal III 2018, gas sudah bisa dialirkan.

Adapun pipa transmisi nantinya digunakan untuk mengalirkan gas bumi milik Pertamina ke Kilang Dumai, berikut mengangkut gas bumi milik PGN yang disalurkan ke pelanggan industri, komersial, pelanggan kecil dan rumah tangga.

“Kerja sama Pertamina dengan PGN menunjukkan bahwa sinergi antara BUMN dapat diimplementasikan. Kami ingin ke depannya lebih banyak kerja sama strategis yang intinya akan mendukung pengembangan pemanfaatan gas di Tanah Air secara luas dan lebih fleksibel bagi konsumen,” tutur Direktur Gas dan EBT Pertamina Yenny Andayani usai penandatanganan kerja sama di Kementerian BUMN Jakarta, Jum’at (9/6).

Peletakan batu pertama (groundbreaking) ditargetkan pada kuartal III 2017. Dengan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$76 juta, komposisi partitisipasi masing-masing pihak dalam proyek tersebut ialah Pertamina 60% dan PGN 40%.

Terkait alokasi gas, pasokan bersumber dari Blok Corridors yang dikelola ConocoPhilips dan Blok Bentu yang dikelola PT Energi Mega Persada Tbk (EMP). Total volume gas yang mengalir di pipa transmisi tersebut mencapai 140 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Sebelumnya, persoalan pembebasan lahan terkait perizinan sempat menjadi kendala. Hal itu tidak lepas dari pengerjaan proyek pipa sekitar 20%-30% melalui area perkebunan dan sisanya mengikuti jalur jalan raya. Padahal, manajemen menginginkan percepatan realisasi proyek lantaran sudah melakukan pengadaan infrastruktur (procurement).

“Terkait masalah pembebasan lahan, memang jalur utama hamper 70% melewati jalan raya. Cuma, 20%-30% melewati perkebunan jadi di situ butuh pembebasan lahan. Bisa dibilang pembebasan lahan on progress, kami sudah dapat izin dari pemerintah daerah tingkat 1 dan 2,” ujar Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim.

Lebih lanjut Jobi menjelaskan diameter pipa transmisi dibuat mencapai 24 inchi untuk mengantisipasi konektivitas seksi Duri-Medan. Pasalnya, area tersebut merupakan blank spot yang belum terdapat pembangunan apalagi kawasan industri. Kendati demikian, pihaknya berharap masuknya pipa gas dapat memantik pertumbuhan industri layaknya efek pengganda (multiplier effect).

“Untuk daerah blank spot bisa diskusi dengan pemerintah apakah infrastruktur di sana perlu dan layak dibangun. Hanya saja memang sampai hari ini belum ada industri di sana walaupun sudah dibangun jalan tol,” urai Jobi yang menekankan proyek pipa transmisi gas Duri-Dumai berkontribusi terhadap target pemerintahan Joko Widodo dalam membangun infrastruktur gas bumi senilai US$2 miliar di berbagai daerah.

Agar pengerjaan proyek berjalan lancar, kedua BUMN segera membentuk Komite Manajemen sebagai wadah konsultasi dan koordinasi. Tugas komite selesai begitu joint venture company (JVC) atau bentuk kerja sama lainnya tercapai. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya