Smelter Freeport Harus Rampung di 2022

Tesa Oktiana Surbakti
31/5/2017 18:30
Smelter Freeport Harus Rampung di 2022
(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

PROSES negosiasi pemerintah dan PT Freeport Indonesia (PTFI) masih terus berlangsung. Perundingan yang berfokus pada aspek jangka panjang diketahui telah menghasilkan beberapa kesepakatan.

Substansi aspek jangka panjang yang dibahas meliputi stabilitas investasi, divestasi saham 51%, pembangunan fasilitas pemurnian mineral (smelter) hingga kelangsungan operasi pasca 2021. Pembahasan keempat poin itu dilakukan paralel sehingga proses perundingan dapat rampung sebelum tenggat 10 Oktober mendatang.

“Seperti smelter, mereka sudah komitmen untuk membangun. Kemudian bahwa pembangunan smelter paling lama 5 tahun, maka di 2022 harus sudah selesai,” tutur Sekjen Kementerian ESDM Teguh Pamudji seusai peluncuran ESDM One Map di Jakarta, Rabu (31/5).

Terkait pembangunan smelter yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur itu, sambung Teguh, kedua belah pihak sudah saling bersepakat. Komitmen pembangunan smelter merupakan salah satu syarat yang diatur dalam PP Nomor 1 Tahun 2017 dalam rangka mendapatkan izin rekomendasi ekspor konsentrat.

Perkembangan pembangunan smelter akan diverifikasi oleh verifikator independen tiap enam bulan sekali. Apabila hasil verifikasi menunjukkan progres pembangunan smelter tidak sesuai rencana yang disetujui Kementerian ESDM, maka rekomendasi ekspor akan dicabut.

Seperti diketahui, PTFI telah mengantongi izin rekomendasi ekspor konsentrat dari Kementerian ESDM yang berlaku hingga 16 Februari 2018 dengan volume 1,1 juta Wet Metric Ton (WMT). Rekomendasi itu kemudian diperkuat dengan terbitnya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) dari Kementerian Perdagangan. PTFI sendiri sudah kembali melakukan kegiatan ekspor setelah sebelumnya sempat terhenti sejak 12 Januari 2017.

"Mengenai kapan dia harus bangun smelter, lalu apakah dalam pembangunan smelter dia masih boleh ekspor konsentrat dengan besaran bea keluar tertentu, itu masih dalam proses pembahasan,” imbuh Teguh yang menjadi Ketua Tim Negosiasi antara Pemerintah dan PTFI.

Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu diberikan keleluasan untuk menggandeng pihak lain demi mewujudkan pembangunan smelter pada 2022.

Dirjen Mineral dan Batubara Bambang Gatot Aryono mengatakan waktu enam bulan evaluasi terhadap pembangunan smelter dimulai sejak April begitu PTFI kembali mengekspor konsentrat. Saat ini rencana pembangunan smelter PTFI di Gresik baru mencapai tahap 14% dan belum mulai konstruksi. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya