PT PAL Tertarik Bangun Kapal Listrik Apung

Palce Amalo
30/5/2017 13:58
PT PAL Tertarik Bangun Kapal Listrik Apung
(ANTARA/Irsan Mulyadi)

OPERATOR kapal listrik apung asal Turki, Karpowership tengah mengkaji untuk melakukan kerja sama dan alih teknologi untuk membuat antara 50-80 kapal listrik (powership) apung bersama PT PAL Indonesia.

"PT PAL belajar di Karpowership dan untuk ke depannya membangun kapal seperti kapal listrik Turki yang ada, tetapi dengan skala yang lebih kecil sesuai kebutuhan untuk pulau-pulau di Indonesia," kata Direktur Regional Asia Pasifik PT Karpowership Ufuk Berk kepada wartawan di sela-sela kunjungan ke Kapal Listrik Gokhan Listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) di Kupang, Selasa (30/5).

Salah satu tujuan pembangunan kapal listrik ialah untuk mengalirkan listrik ke pulau-pulau kecil di Indonesia yang belum terjangkau jaringan listrik PLN, sekaligus mendukung program pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW).

Setiap kapal yang akan dibangun tersebut dipasang antara 30-50 MW. "Saat ini ada perbincangan (bersama PT PAL) untuk mendesain kapal kecil ini," ujar Ufuk.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia mendatangkan lima kapal listrik asal Turki untuk menyuplai listrik bagi sejumlah daerah yang kekurangan listrik dengan masa kontrak selama lima tahun.

Empat kapal sudah tiba, dan tiga di antaranya telah beroperasi yakni di Nusa Tenggara Timur 60 Mw, Sulawesi Utara 225 MW, dan Maluku 60 MW, dan Sumatra Utara 240 MW yang dijadwalkan beroperasi 15 Juni 2017. Satu kapal lagi akan ditempatkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Adapun kapal listrik yang ada ditempatkan di Kupang merekrut 50 karyawan lokal, atau sekitar 50% dari karyawan kapal tersebut.

Karpowership adalah anggota Karadeniz Energy Group, memulai bisnis kapal listrik apung sejak 1996 yang melayani pasar domestik dan luar negeri. Sejak 2010 telah membangun 13 kapal dengan total daya terpasang 2.700 Mw.

Selain Indonesia, suplai listrik juga dilakukan di Lebanon, Ghana, Zambia, dan Irak Selatan. Dari seluruh kapal listrik yang ada, kapal yang beroperasi di Medan, Sumatra Utara merupakan kapal terbesar yang dimiliki perusahaan ini.

Menurutnya satu kapal powership dengan kapasitas listrik 120 MW, dibangun dengan anggaran sebesar US$150 juta, sedangkan kapal berkapasitas 200 MW butuh anggaran US$220 juta. Adapun kapal listrik yang ditempatkan di Medan berkapasitas 470 MW dibangun dengan anggaran US$400 juta.

"Kalau ukuran kapalnya kecil, anggarannya besar. Sebaliknya, kalau kapal besar anggaran yang dibutuhkan sedikit," kata dia. Dia menyebutkan teknologi kapal listrik Turki ramah lingkungan dan menggunakan bahan bakar HFO dengan kapasitas sulfur di bawah 1%. Bahan bakar jenis ini belum dimiliki PT Pertamina sehingga harus didatangkan dari Timur Tengah dan Singapura.

Dengan bahan bakar tersebut, sedimen yang dikumpulkan setiap 10 hari hanya enam ton, lebih sedikit dibanding jika menggunakan bahan bakar jenis lain. Sedimen ini dikirim ke Jawa untuk didaur ulang.

Sementara itu Asisten Manager Operasi Sistem dan Penyaluran PT PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur Eka Widarma mengatakan sejak beroperasinya kapal listrik, sebanyak enam kabupaten dan kota di Pulau Timor surplus listrik sebanyak 40 MW pada siang hari, dan 20 MW malam. hari.

Dia minta warga memanfaatkan daya listrik yang ada dengan membangun home industri. "Tim niaga PT PLN juga sudah bertemu bupati dan wali kota untuk memasakan daya listrik yang ada," ujarnya.

Menurut Eka warga yang mampu membeli listrik PLN, bisa memanfaatkan listrik dengan cara kredit. "Kita minta kepada kepala daerah mendorong warga untuk memanfaatkan listrik yang ada," ujarnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya