Harga Terjaga, Tidak Perlu Ada Operasi Pasar

Andhika Prasetyo
29/5/2017 15:33
Harga Terjaga, Tidak Perlu Ada Operasi Pasar
(ANTARA/Aditya Pradana Putra)

PEMERINTAH mengatakan tidak perlu ada operasi pasar sebagaimana selalu dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal itu melihat kondisi ketersediaan dan harga pangan yang terkendali pada masa Ramadan kali ini.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan tidak perlu ada operasi pasar setidaknya hingga Idul Adha. Pasalnya, Kementerian Perdagangan bersama kementerian dan lembaga terkait lainnya sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah adanya fluktuasi harga.

"Tidak usah operasi pasar karena kita semua sudah penetrasi ke sana. Tetapi kalau memang nanti ada persoalan, itu bisa dilakukan. Itu tidak jadi soal," ujar Enggartiasto di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (29/5).

Ia mengungkapkan seluruh pihak terkait telah melakukan berbagai upaya jauh sebelum Ramadan tiba untuk menyelesaikan persoalan pasokan dan harga pangan yang kerap terulang.

Berbagai penetrasi seperti Gerakan Stabilisasi Pangan bersama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) serta pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pangan yang dikoordinasikan bersama Kepolisian Republik Indonesia dan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha telah dilakukan untuk memastikan stok dan harga pangan tetap terjaga.

Dengan Gerakan Stabilisasi Pangan pemerintah melalui Perum Bulog mengirimkan komoditas bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, bawang merah dan bawang putih ke pasar-pasar tradisional dan menjualnya langsung kepada pedagang dengan harga di bawah Harga Eceran Tertiggi.

"Bulog kali ini persiapannya luar biasa. Saya lihat sendiri di gudang ada. Bulog bisa penetrasi pasar. Daging siap, gula siap. Jadi jangan pernah ada spekulan berani bermain. Kalau mereka bermain, kami gelontorkan persediaan, bikin mereka miskin dan yang pasti berhadapan dengan kasus hukum karena saat ini ada Satgas Pangan yang mengawal semuanya," tegasnya.

Untuk di tingkat pasar ritel modern, pemerintah juga telah menyepakati nota kesepahaman (MoU) dengan distributor gula, minyak goreng serta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Dalam MoU tersebut disepakati bahwa HET gula pasir Rp12.500 per kilogram (kg), minyak goreng kemasan sederhana Rp11.000 per liter, dan daging beku dengan harga maksimal Rp80.000 per kg.

"Kita paksa masuk ke pasar ritel modern karena mereka adalah price leader. Sebelumnya, waktu harga gula pasir di pasar masih Rp15 ribu, para pedagang tradisional mengaku tidak mau turunkan harga karena di pasar ritel juga tinggi. Sekarang terbukti harganya sudah turun di pasar ritel dan tradisional," tutur Enggar.

Tidak hanya itu, pembuatan regulasi yang dibungkus dalam sebuah regulasi seperti Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 17 Tahun 2017 terkait Pendaftaran Pelaku Distribusi Barang Kebutuhan Pokok, dan Permendag Nomor 27 Tahun 2017 terkait Penetapan Harga Acuan di Tingkat Petani dan Konsumen juga melengkapi kebijakan yang ada.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Karyawan Gunarso mengatakan hal serupa. Ia mengatakan pada tahun-tahun sebelumnya, operasi pasar dilakukan laiknya memadamkan kebakaran, spontanitas dan terburu-buru.

Namun saat ini, operasi pasar tidak perlu lagi dilakukan karena Bulog memiliki 18 ribu outlet Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di seluruh Tanah Air. Melalui RPK yang dikelola oleh masyarakat, Bulog mengirimkan stok bahan pangan untuk kemudian dijual dengan harga acuan yang telah ditetapkan pemerintah.

"Jadi dengan adanya RPK, sama saja operasi pasar sudah dilakukan sepanjang tahun," paparnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya