Optimisme Industri Properti Butuh Kreativitas

Ahmad Punto
26/5/2017 15:50
Optimisme Industri Properti Butuh Kreativitas
(ANTARA/M Agung Rajasa)

TERKENDALINYA tingkat inflasi 5,1% dengan nilai tukar rupiah yang bercokol di level Rp13,200 per dolar AS diyakini bakal memperkuat sinyal perbaikan ekonomi nasional pada semester II–2017.

Kondisi itu menambah optimisme sejumlah kalangan bahwa sektor properti dan perbankan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) segera tumbuh signifikan. Meski demikian, dibutuhkan kreativitas yang lebih dari para pelaku industri untuk 'meloloskan diri' dari stagnasi yang masih mungkin terjadi.

Pengamat Properti dari Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan, stagnansi pasar yang terjadi sejak tahun lalu hingga saat ini lebih disebabkan harga jual properti yang masih belum terjangkau oleh mayoritas konsumen.

Setidaknya, kata dia, industri properti butuh waktu 1–2 tahun ke depan untuk menemukan harga yang sesuai dengan daya beli masyarakat. Kendala lain, harga jual tanah yang terus melambung akibat ulah para spekulan.

"Untuk mengatasi keadaan tersebut (stagnasi pasar), butuh kreativitas dan inovasi dari para pengembang dan perbankan," saran Anton dalam diskusi Indonesia Housing Forum di Jakarta.

Di tempat sama, Bambang Sumargono, Direktur Marketing Kingland Avenue@Alam Sutra menilai, secara umum, perekonomian terutama investasi di Indonesia sedang dalam posisi yang positif.

Hasil audit BPK yang mengumumkan laporan neraca keuangan Indonesia mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), juga pengakuan lembaga survei internasional yang menempatkan Indonesia dalam kategori investment grade menjadi modal berharga.

"Ini merupakan citra positif bagi Indonesia. Begitu juga dari sisi daya beli yang justru jauh di atas ekspektasi,” pungkas Bambang.

Hampir sama, Kepala Divisi Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sutadi Prayitno memprediksi industri properti nasional ke depan bakal tumbuh sebesar 12%-13% seiring dengan kian jelasnya tanda-tanda perbaikan ekonomi.

"Bila optimisme industri properti secara bertahap dan konsisten bisa diwujudkan mulai paruh kedua tahun ini, diharapkan backlog rumah akan tuntas pada 2030 mendatang,” katanya.

Sutadi mengungkapkan, selama ini pihaknya terus berupaya mengatasi stagnasi pasar yang terjadi di beberapa wilayah. Selain menawarkan program-program yang lebih kreatif dan inovatif kepada nasabah, perbankan juga terus menyebar layanan KPR ke wilayah yang lebih luas. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya