Moody's Menurunkan Peringkat Tiongkok menjadi A1 dari Aa3

Dwi Tupani
24/5/2017 13:15
Moody's Menurunkan Peringkat Tiongkok menjadi A1 dari Aa3
(Ist)

MOODY'S Investors Service pada hari Rabu (24/5) menurunkan peringkat kredit Tiongkok menjadi A1 dari Aa3 dan mengubah outlook menjadi stabil dari negatif. Alasan usaha penurunan tersebut ialah rencana Tiongkok mendukung pertumbuhan akan memacu pertumbuhan utang di seluruh ekonomi negara tersebut.

Marie Diron, wakil presiden senior kelompok pemeringkat Moody's, mengatakan kepada CNBC 'Street Signs' pada Rabu (24/5) bahwa katalis untuk downgrade adalah kombinasi faktor, termasuk harapan bahwa pertumbuhan potensial 'Negeri Tirai Bambu' tersebut akan turun menjadi 5% pada akhir dekade ini.

"Target pertumbuhan resmi juga turun, tapi mungkin lebih lambat, jadi ekonomi semakin bergantung pada stimulus kebijakan," katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu cenderung memacu tingkat utang yang meningkat bagi pemerintah.

"Ini benar-benar ukuran leverage (utang yang sangat besar), tren leverage serta kemampuan membayar utang dari institusi yang memiliki utang itu. Ketika pertumbuhan melambat, hal tersebut mengarah pada pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat, kemungkinan profitabilitas yang lebih lambat dan kemampuan pelunasan utang yang agak lemah, " dia menambahkan.

Tidak mengherankan, kementerian keuangan China tidak setuju dengan penurunan peringkat tersebut.

Dalam sebuah pernyataan di situsnya, kementerian tersebut mengatakan bahwa downgrade didasarkan pada 'metode yang tidak tepat' dan bahwa Moody's terlalu memikirkan kesulitan yang dihadapi ekonomi Tiongkok, sambil meremehkan upaya pemerintah untuk mengatasi reformasi struktural dan kelebihan kapasitas.

Pasar valuta asing bereaksi terhadap penurunan peringkat, dengan dolar Australia turun dari level di sekitar US$0,7480 ke level US$0,7452 setelah pengumuman tersebut. Tiongkok termasuk di antara pasar ekspor terbesar di Australia.

Tapi yuan China tidak bereaksi banyak, dengan dolar mencapai 6.8940 yuan pada Rabu (24/5) pukul 9:38 pagi HK/SIN, dibandingkan dengan penutupan hari Selasa (23/5) di 6.8890 yuan.

"Moody's memperkirakan bahwa leverage ekonomi akan meningkat lebih lanjut dalam tahun-tahun mendatang. Program reformasi yang direncanakan kemungkinan akan memperlambat, namun tidak mencegah, kenaikan leverage," kata Moody's dalam sebuah pernyataan.

"Pentingnya otoritas untuk mempertahankan pertumbuhan yang kuat akan menghasilkan stimulus kebijakan yang berkelanjutan, mengingat hambatan struktural yang semakin meningkat untuk mencapai target pertumbuhan saat ini. Stimulus tersebut akan berkontribusi pada meningkatnya hutang di seluruh ekonomi secara keseluruhan." (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya