Pedagang dan Pembeli Menunggu Harga Sembako Tidak Liar

Deni Aryanto
18/5/2017 13:06
Pedagang dan Pembeli Menunggu Harga Sembako Tidak Liar
(ANTARA)

MENGGUNAKAN plastik bening ukuran setengah kilogram, Awi, 54, pedagang sayur rumahan di Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, membagi beberapa siung bawang putih untuk dijual. Tiap kantong plastik, terdapat 5-6 siung bawang. Awi menjual paketan bumbu masak itu dengan harga dua ribu rupiah.

Sudah empat hari belakangan ini, pria asli Jawa Timur itu menjual bawang putih secara eceran. Kenaikkan harga yang melonjak secara signifikan mendorong dirinya bersiasat demikian. Sudah sepekan ini, Awi terus akrab dengan nyanyian sumbang atas tingginya harga bawang putih.

Dikatakannya, selama sepekan belakangan pula harga bawang putih berubah-ubah. Namun tren pergeserannya terus naik. Mula-mula, pekan lalu dirinya masih menjual lewat timbangan. Hanya saja, permintaan pembeli lebih banyak memilih membeli secara eceran akibat daya beli yang menurun.

"Mendingan diecer saja. Jadi pembeli enggak begitu kaget. Yang beli kiloan juga enggak ada. Giliran dengar harganya malah mengeluh," ucap Awi.

Langkah serupa juga diterapkan pedagang sayur di PD Pasar Minggu. Amin, 52, salah satunya. Bawang putih miliknya tiga hari belakangan sengaja dijajakannya per-100 gram dan 250 gram. Kenaikkan harga kebutuhan pokok menurutnya sudah lumrah terjadi menjelang bulan suci Ramadan.

"Sebenarnya pembeli pada maklum harga pada mahal mau masuk puasa. Tapi kalau kita enggak jual eceran kasihan mereka. Diecer kayak gini kan sedikit membantu mereka beli kebutuhan," ucapnya.

Di pasar, saat ini harga bawang putih Rp 60 ribu/ kg. Padahal sepekan sebelumnya, ada dikisaran Rp 30 ribu/ kg. Tidak hanya bawang putih, komoditas kebutuhan pokok yang mengalami lonjakan harga saat ini juga pada bawang merah dan jenis cabai. Kenaikkannya pun juga mencapai dua kali lipat dari sebelumnya.

"Naiknya harga bawang putih ini agak aneh juga, soalnya belum lama bawang merah naik, dari sebelumnya Rp 28.000 jadi Rp 50.000-an sekilonya. Sebelumnya juga cabe merah sama cabe rawit, harganya dua kali lipat jadi Rp 80.000-an, kayaknya ada yang maenin juga di atas (kulakan), soalnya kan mau puasa," bebernya.

Meskipun sudah menjadi tradisi adanya kenaikan harga jelang Ramadan, masyarakat cukup menyayangkan kondisi demikian masih terus berlangsung. Riyanti, 45, salah satu pengunjung PD Pasar Minggu saat dijumpai, Kamis (18/5) menuturkan, tiap tahun pemerintah dinilai hanya mengobral janji menyetabilkan harga pangan pada waktu tertentu seperti sekarang ini. Terlebih, lonjakan harga berlaku ke hampir seluruh jenis komoditas.

"Katanya mau dimurahin, tapi sekarang apa-apa mahal. Kayaknya kecolongan nih, mana janjinya Presiden, Gubernur (DKI Jakarta) juga gitu. (Mahalnya harga) kalau cuma bawang putih mah mendingan. Nah ini bahan yang lain ikut naik," ketusnya.

Adanya kelangkaan stok bawang putih di pasar dirasa miris. Padahal sebelumnya, Selasa (16/5), Tim Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri menggerebek sebuah gudang di Marunda, Jakarta Utara yang kedapatan menimbun 182 ton bawang putih impor hasil selundupan dari negara Tiongkok dan India. Sebuah indikasi kejahatan ekonomi yang menyengsarakan rakyat yang perlu ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya