Neraca Perdagangan Surplus

Andhika Prasetyo
16/5/2017 10:09
Neraca Perdagangan Surplus
(ANTARA/M Agung Rajasa)

BADAN Pusat Statistik (BPS) merilis capaian kinerja perdagangan sepanjang April 2017 yang menunjukkan surplus US$1,24 miliar. Angka tersebut merupakan kumulatif dari capaian ekspor dan impor pada bulan keempat dengan masing-masing US$13,17 miliar dan US$11,93 miliar.

"Berdasarkan nilai ekspor dan impor, neraca dagang masih ada surplus sebesar US$1,24 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto, dalam konferensi pers, di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, kemarin (Senin, 15/5).

Berdasarkan data Media Indonesia, surplus perdagangan bulan ini agak lebih baik daripada bulan sebelumnya, yaitu US$1,23 miliar.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, mengatakan data yang dirilis BPS ini direspons secara positif oleh pelaku pasar uang sehingga rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.

"Nilai tukar rupiah melanjutkan apresiasi seiring dengan data neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus pada April 2017," katanya seperti dikutip Antara, kemarin.

Menurut data BPS, nilai ekspor pada bulan lalu mencapai US$13,17 miliar, lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja impor yang hanya US$11,93 miliar.

Kendati neraca mengalami surplus, nilai ekspor pada April lebih rendah 10,30% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, mencapai US$14,67.

Suhariyanto menyebutkan pola menurun memang selalu terjadi pada periode Maret ke April. Hal itu, sebutnya, sesuai dengan pola konsumsi masyarakat di Indonesia. "Sejak 2012, nilai ekspor dari Maret ke April selalu turun dan itu sudah menjadi pola," ungkapnya.

Namun, menurutnya, nilai ekspor April tahun ini meningkat 12,63% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Secara kumulatif, ia mengungkapkan nilai ekspor periode Januari hingga April mencapai US$53,86 miliar atau naik 18,63% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Modal bagus
Dalam menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan naiknya nilai ekspor secara year on year (yoy) merupakan modal yang sangat baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. "Apalagi, naiknya sampai 18%. Ini modal yang bagus," tegasnya.

Dengan meningkatnya nilai ekspor, kata Darmin, pendapatan masyarakat yang terlibat di dalam golongan barang tersebut juga diharapkan akan terus meningkat.

Menurut data BPS, meski ada beberapa komoditas yang turun, terdapat beberapa komoditas yang tetap melonjak, seperti bijih, kerak, dan abu logam.

"Komoditas tersebut naik yang sangat signifikan dari US$141 juta menjadi US$353 juta. Timah dan tembaga juga meningkat, yakni masing-masing 9,23% dan 22,42% serta kapal laut yang nilainya naik dari US$29,6 juta menjadi US$94,2 juta," tuturnya.

Sementara itu, negara tujuan ekspor, menurut Ketjuk, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menempati posisi ketiga teratas dengan kontribusi masing-masing sebesar 12,81%, 11,55%, dan 9,40%.(Arv/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya