Penggantian Cantrang Bisa Jadi Solusi

PROGRAM penggantian alat penangkapan ikan (API) diyakini bisa menjadi solusi bagi nelayan yang tengah resah akibat rencana kebijakan larangan penggunaan alat tangkap pukat hela (trawl) dan pukat tarik (cantrang) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penggantian alat tangkap itu dijadwalkan tuntas dalam enam bulan.

“Penggantian alat tangkap ini bisa efektif untuk bisa membuat nelayan kembali melaut. Itu untuk nelayan kecil di bawah 10 GT,” kata akademisi bidang perikanan dan kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, di Jakarta, Sabtu (13/5).

Menurut dia, penggantian alat tangkap kepada nelayan dengan kapal-kapal kecil di bawah 10 GT terus berjalan. Nantinya, cantrang akan diganti dengan alat penangkap ikan yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan target penangkapan, yaitu gillnet untuk ikan pelagis, trammel net untuk udang dan kepiting, rawai dasar, serta handline

Pada 2016 sudah dibagikan kepada sekitar 1.500 nelayan, dan untuk 2017 direncanakan sekitar 15 ribu nelayan.

Adapun untuk penggantian alat tangkap nelayan dengan kapal berukuran 10-30 GT, rencananya difasilitasi KKP melalui pembiayaan perbankan.

Meski demikian, ia mengakui nyatanya upaya tersebut tetap mendapat reaksi protes dari para nelayan. Imbasnya, pemerintah memoratorium pemberlakuan peraturan menteri itu hingga akhir 2017. Padahal, menurut Arif, gelombang protes muncul dari nelayan dengan kapal berukuran besar, bukan dari nelayan-nelayan kecil.

“Nelayan kecil dan noncantrang dari hasil penelitian kami, mereka senang dengan kebijakan ini. Konflik nelayan di mana-mana itu bukan antardaerah, melainkan konflik kelas cantrang dan noncantrang,” kata dia.
Sebetulnya pelarangan cantrang juga telah ada sejak dulu. Hal itu, selain demi meredakan benturan antarnelayan, juga menyelamatkan ekosistem laut. (Try/E-4)