Ekspor Sawit ke Eropa dan AS masih Meningkat

Jessica sihite
12/5/2017 06:00
Ekspor Sawit ke Eropa dan AS masih Meningkat
(Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Teluk Payu, Banyuasin, Sumatera Selatan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

SECARA mengejutkan, ekspor minyak sawit Indonesia pada kuartal I 2017 masih menunjukkan kenaikan dari tahun lalu. Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical naik 23,5% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 8,02 juta ton jika dibandingkan dengan periode yang sama 2016 yang hanya mampu mencapai 6,49 juta ton.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan angka itu menunjukkan ekspor minyak sawit Indonesia masih tumbuh positif dan hal itu tidak terlepas dari kebutuhan konsumsi minyak nabati dunia yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi. 'Maret ini, secara mengejutkan ekspor ke negara-negara Uni Eropa masih meningkat meskipun pada pertengahan Maret lalu parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit', tulis Fadhil dalam keterangan resmi yang diterima Jumat (12/5).

Naiknya ekspor ke negara-negara Eropa menunjukkan negara-negara di Benua Biru tetap membutuhkan minyak sawit. Beberapa proses produksi di industri, terutama untuk produk-produk yang digunakan dalam rumah tangga sehari-hari, sangat bergantung pada minyak sawit karena harganya yang murah ketimbang minyak nabati lain. Selain Uni Eropa, permintaan minyak sawit meningkat dari Amerika Serikat (AS) sebesar 52% atau dari 54,85 ribu ton pada Februari meningkat menjadi 83,38 ribu ton pada Maret.

"Padahal, beberapa minggu sebelumnya Asosiasi Minyak Nabati Amerika Serikat juga menuduh Indonesia melakukan praktik dumping terhadap biodiesel yang diekspor. Namun, hal ini belum berpengaruh terhadap ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat," papar Fadhil.

Sebaliknya, negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia lainnya, yaitu India dan Tiongkok, membukukan penurunan. Pada Maret 2017, ekspor ke India tercatat menurun 27% atau dari 587,93 ribu ton pada Februari menurun menjadi 430,03 ribu ton. Diikuti Tiongkok turun 18% atau dari 344.09 ribu ton pada Februari menjadi 322.14 ribu ton.
Turunnya permintaan disebabkan stok rapeseed di kedua negara yang berlebihan, khususnya di India. Selain itu, India baru saja mengeluarkan regulasi penurunan tarif impor minyak bunga matahari dari 30% menjadi 10% yang efektif berlaku pada 1 April 2017.

Pusat data
Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi) Darmono Taniwiryono mengatakan pihaknya akan membangun pusat data tentang perkelapasawitan.
Pusat data itu penting untuk menjawab isu negatif tentang kelapa sawit dari luar. "Kita ingin membangun basis data secara nasional agar penelitian yang sudah dilakukan tidak diulang-ulang dan semua bisa mengakses penelitian berkaitan dengan sawit," ujarnya dalam pertemuan konsolidasi periset Maksi, di Hotel Grand Tjokro, Sleman, kemarin.
(AT/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya