LPS Tidak Ubah Suku Bunga Penjaminan

Anastasia Arvirianty
10/5/2017 14:00
LPS Tidak Ubah Suku Bunga Penjaminan
(Ist)

LEMBAGA Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan tidak mengubah tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah dan valuta asing (valas) di bank umum serta simpanan dalam rupiah di bank perkreditan rakyat (BPR). Tingkat bunga penjaminan ini berlaku 16 Mei 2017 - 14 September 2017.

Dengan demikian, tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah di bank umum mencapai 6,25% dan valas 0,75%. Sementara itu, tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah di BPR mencapai 8,75%.

Sekretaris Lembaga LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan, tingkat bunga penjaminan saat ini dipandang masih sejalan dengan perkembangan likuiditas sistem perbankan dan perkembangan suku bunga simpanan.

Sesuai ketentuan LPS, bila suku bunga simpanan yang diperjanjikan antara bank dengan nasabah penyimpanan melebihi tingkat bunga penjaminan simpanan, simpanan nasabah tersebut menjadi tidak dijamin.

"Bank pun diharuskan memberitahukan kepada nasabah penyimpan mengenai tingkat bunga penjaminan simpanan yang berlaku dengan menempatkan informasi dimaksud pada tempat yang mudah diketahui oleh nasabah," ujar Samsu melalui keterangan resminya yang diterima Media Indonesia, Rabu (10/5).

Sejalan dengan tujuan untuk melindungi nasabah dan memperluas cakupan tingkat bunga penjaminan, LPS mengimbau agar perbankan juga lebih memperhatikan ketentuan tingkat bunga penjaminan simpanan dalam rangka penghimpunan dana.

Di samping itu, dalam menjalankan usahanya, bank hendaknya memperhatikan kondisi likuiditas ke depan. Dengan demikian, bank diharapkan dapat mematuhi ketentuan pengelolaan likuiditas perekonomian oleh Bank Indonesia (BI), serta pengaturan dan pengawasan perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Selain itu, LPS juga memandang kondisi fundamental ekonomi makro dipandang terjaga dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan surplus neraca perdagangan, inflasi yang terkendali, serta penguatan indikator pasar keuangan.

"Beberapa faktor eksternal terutama geopolitik dan arah kebijakan moneter negara-negara maju masih perlu menjadi perhatian," tandas Samsu. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya