Jokowi Minta Nelayan Dikenalkan 'Offshore Aquaculture'

Nur Aivanni
04/5/2017 13:30
Jokowi Minta Nelayan Dikenalkan 'Offshore Aquaculture'
(ANTARA)

PRESIDEN Joko Widodo menyampaikan bahwa potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan bisa mencapai US$1,33 triliun bila pengelolaannya dilakukan dengan inovasi atau terobosan baru. Untuk itu, ia mengingatkan agar sektor maritim tidak lagi dikelola dengan cara yang monoton ataupun rutinitas, misal mengenalkan nelayan dengan offshore aquaculture.

"Ini sebuah potensi yang sangat besar. Tapi kalau pengelolaannya, sekali lagi kalau pengelolaannya kita hanya rutinitas, monoton, tidak melakukan terobosan, jangan harap angka ini bisa kita dapatkan," tegas Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2017, di Gedung Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (4/5).

Pada kesempatan tersebut, Kepala Negara meminta agar IPTEK dan riset di bidang perikanan dan kelautan betul-betul menjadi perhatian bagi jajaran menterinya. Bila IPTEK dan riset di bidang perikanan dan kelautan dikembangkan, kata Jokowi, maka akan diketahui seberapa besar potensi sumber daya alam laut di Indonesia dan bagaimana cara mengelolanya.

"Nelayan kita jangan terus diajak bekerja dengan pola-pola yang lama. Harus berani kita loncatkan ke dunia yang lain. Sudah berpuluh tahun kita urusan cantrang. Setiap tahun urusan cantrang sehingga melupakan strategi besar menuju ke tempat yang lain yang memiliki nilai tambah yang lebih baik," tuturnya.

Menurutnya, Indonesia harus belajar dari negara lain yang lebih cepat melakukan inovasi dalam mengelola sektor maritimnya. Ia pun mencontohkan Norwegia dan Taiwan yang sudah mencanangkan konsep offshore aquaculture atau budidaya perikanan lepas pantai. "Ajari nelayan-nelayan kita untuk mengetahui apa, barang apa ini (offshore aquaculture)," tegasnya.

Di era persaingan globalisasi, kata Jokowi, suatu negara harus bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Bila negara tersebut tidak bisa menyesuaikan hal itu, maka ia akan ditinggal oleh negara yang cepat beradaptasi dengan perkembangan tersebut. "Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lamban, siapapun negara itu," tandasnya.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya