Ada Laba di Hamparan Bunga

Adiyanto
03/5/2017 10:09
Ada Laba di Hamparan Bunga
(ANTARA/Andika Wahyu)

SAY it with flowers (katakan dengan bunga). Ucapan itu bukan sekadar bermakna romantisme sebagai wujud ungkapan simpati terhadap seseorang, melainkan juga bisa dibaca sebagai gerak ekonomi.

Seorang pemuda yang memberikan bunga kepada gadis pujaan hatinya tentu perlu ongkos untuk membeli setangkai mawar. Sang penjual kembang pun tentunya butuh biaya produksi untuk mengemas bunga tersebut yang dibebankan pada harga mawar yang dibeli si pemuda tadi. Dari selisih itulah dia memperoleh laba.

Mata rantai aktivitas ekonomi ini bahkan bisa ditarik jauh ke hulu hingga petani bunga. Inilah yang dalam ilmu ekonomi disebut multiplier effects, suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya aktivitas lain.

Maka, tak mengherankan jika hamparan karangan bunga dari warga yang membanjiri halaman Balai Kota DKI Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir tak hanya berdampak ke kocek pedagang bunga di Rawa Belong atau Cikini, tapi juga mungkin mengalir hingga ke petani kembang di Cianjur, Jawa Barat.

Seorang pedagang di Rawa Belong, Palmerah, mengaku mendapatkan keuntungan hingga Rp50 juta dalam tiga hari guna melayani pemesanan karangan bunga yang dikirim sebagai bentuk simpati untuk pemimpin yang baru saja kalah dalam ajang pilkada DKI.

Si abang tadi tentu akan bersyukur jika saat pelantikan gubernur yang baru nanti, karangan bunga yang dipesan bakal lebih banyak lagi. Akan lebih elok lagi jika kebiasaan say it flowers ini jadi aktivitas rutin masyarakat bangsa ini, tak sekadar dilakukan ketika sebuah perusahaan besar berulang tahun atau ada pejabat wafat.

Dengan begitu, salah satu bagian kecil dari sekrup informal ini bisa ikut terus berputar menggerakkan roda ekonomi. Sama seperti halnya kegiatan Anda berselancar di internet menggunakan gadget, yang tak hanya berimbas pada para provider seluler, tapi juga berdampak pada dapur mas-mas dan mbak-mbak penjual pulsa/kuota di pinggir jalan.

Menurut Sensus Ekonomi 2016 yang dilakukan Badan Pusat Statistik, fakta menyatakan sektor perdagangan mendominasi kegiatan usaha di Tanah Air. Hasil sensus yang berfokus pada pendaftaran usaha itu menyebutkan terdapat 26,71 juta usaha. Dari jumlah itu, perdagangan besar maupun eceran, serta sektor informal lainnya seperti bengkel mobil dan motor, mendominasi dengan jumlah mencapai 12,3 juta usaha atau 46,17%. Artinya, para pedagang kecil yang bergerak di sektor informal ini tak bisa dianggap sepele, termasuk para pedagang bunga. Apalagi, berdasarkan sensus tersebut, sektor informal juga paling banyak menyerap tenaga kerja yakni mencapai 22,4 juta orang atau 31,81% dari tenaga kerja yang ada di Indonesia. Apa data ini mau dianggap sepele atau disikapi dengan sinis?(E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya