Batam Dulu Hanya Dihuni Kancil dan Nelayan Bugis

Dero Iqbal Mahendra
29/4/2017 10:19
Batam Dulu Hanya Dihuni Kancil dan Nelayan Bugis
(Presiden ketiga RI BJ Habibie---MI/Ramdani)

SIAPA sangka Pulau Batam yang kini sudah menjadi kawasan free trade zone dengan berbagai industri pengolahan di dalamnya, awalnya hanya pulau kosong yang dihuni oleh kancil dan nelayan bugis.

Hal tersebut diungkapkan Presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie saat mengenang bagaimana ia mengembangkan Batam.

"Dulu di sini kosong semua, penghuninya saya bilang cuma kancil, sedangkan di pesisir pantai itu hanya ada nelayan, orang bugis. Mereka berontak-berontak saat pengembangan Batam karena mereka nelayan. Namun karena saya juga memiliki darah Bugis jadi bisa diselesaikan dengan pendekatan kebudayaan," kenang Habibie dalam kunjungannya ke Batam, Jumat (28/4).

Habibie mengenang bahwa dulu ia menginginkan Batam sebagai suatu wilayah pengembangan industri termaju di Indonesia. Karena itu sejak awal Batam bukan ditujukan sebagai kawasan permukiman sebab memang tidak ada penduduknya. Batam pun bukan menjadi suatu wilayah yang bisa sembarangan dimasuki orang kecuali terdapat lapangan kerja.

Visi pertama dalam pengembangan Batam sebagai suatu wilayah lebih kepada sudut pandang teritorial oleh Presiden Soeharto mengingat strategisnya wilayah tersebut. Oleh sebab itu, cerita Habibie, awalnya pengembangan Batam ditugaskan kepada Pertamina pimpinan Ibnu Sutowo. Saat itu Batam hanya menjadi lokasi logistik penyimpanan pipa untuk kebutuhan perminyakan.

"Ketika ada perubahan program kabinet saya diminta untuk membangun Ppulau Batam. Saya belum tahu di mana Pulau Batam sehingga saya datang kemari dan melihat. Baru ada satu jalan dan rumah di Sikupa. Saya tinggal di sini (Batam) untuk beberapa waktu dengan hanya dikawal oleh Benny Moerdani," ujar Habibie.

Kemudian ia mengatakan kepada Presiden Soeharto bahwa dirinya tidak ingin Batam hanya menjadi wilayah yang biasa. Menurut Habibie, Batam harus sama dengan Singapura. Batam harus menjadi ujung tombak dalam membangun Indonesia sebagai model yang maju sesuai UUD.

Presiden kemudian mengizinkan dan akhirnya mengeluarkan Keppres No 74/1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam. Aturan tersebut nantinya menjadi dasar hukum dari pembentukan Badan Otorita Batam.

Setelah melihat perkembangan Batam saat ini, Habibie mengaku kondisinya sudah jauh dari ketika ia pertama kali membangun wilayah tersebut. Ia pun meyakini Batam masih akan bisa berkembang jauh lebih baik lagi di masa depan.

Untuk itu ia meminta semua pihak bekerja sama untuk membangun Batam. "Sebab tujuan akhirnya ialah bagaimana menyejahterakan rakyat dan menjadikan Batam sebagai ujung tombak dari perekonomian Indonesia," tutp Habibie. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya