Perdagangan Dominasi Lapangan Usaha Nasional

Andhika Prasetyo
27/4/2017 14:14
Perdagangan Dominasi Lapangan Usaha Nasional
(ANTARA)

BADAN Pusat Statistik (BPS), melalui Sensus Ekonomi (SE) 2016, mengungkapkan bahwa sektor perdagangan mendominasi kegiatan usaha di Tanah Air.

Kepala Badan Pusat Statistik Kecuk Suhariyanto mengatakan, dari hasil sensus yang fokus pada pendaftaran usaha non pertanian itu, terdapat 26,71 juta usaha yang dikelompokkan ke dalam 15 lapangan usaha. Penggolongan tersebut didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2015.

Jumlah hasil usaha yang didapat saat ini juga lebih besar dibandingkan SE 2006 silam. Saat itu, jumlah hasil usaha hanya mencapai 22,73 juta, atau 17,51% lebih rendah.

"Sensus kali ini mencatat seluruh aktivitas usaha di seluruh lapangan usaha kecuali pertanian. Kami ingin menyajikan data dasar unit usaha dan aktivitas usaha, menyusun peta dan direktorat usaha termasuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang tergabung dalam integrated business," ujar Kecuk di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (27/4).

Dari 26,71 juta usaha, perdagangan besar dan eceran mendominasi dengan memberikan kontribusi sebesar 12,3 juta usaha atau 46,17% dari total keseluruhan.

Disusul usaha penyedia akomodasi dan penyedia makan minum sebesar 16,72% serta industri pengolahan 16,53%.

Hasil sensus tersebut, ungkap Kecuk, dapat menjadi kerangka sampel usaha berskala mikro dan kecil, serta direktori usaha berskala menengah dan besar.

Menanggapi tingginya kontribusi usaha perdagangan terhadap kegiatan ekonomi di Tanah Air, pengamat ekonomi Firmanzah mengatakan hal tersebut dapat terjadi karena besarnya ruang yang didapatkan sektor informal di dalam lapangan kerja.

“Ini sangat berbeda kalau kita bandingkan dengan struktur ekonomi di Eropa. Di Eropa sangat sulit menjadi wirausaha. Prancis contohnya. Di negara itu, kalau ingin membuka restauran, ada 200 prosedur yang harus diikuti. Sementara di Indonesia tidak. Hal ini jelas sangat bagus karena bisa menjadi penyangga jika sektor formal kita terkena dampak krisis,” paparnya.

Ia pun menekankan pemerintah harus bijaksana dalam memandang sektor usaha formal dan informal.

“Indonesia ini unik. Bisa dikatakan lapangan usaha di sektor informal itu membantu para pelaku usaha di sektor formal. Dengan adanya warung-warung di pinggir jalan, kan banyak pekerja formal bisa membeli kebutuhan di sana dan menabung,” terangnya.

Ia pun mengatakan, ke depannya, harus ada data yang saling mendukung antara dua sektor tersebut.

“Dan itu harus dijaga. Apakah porsi saat ini sudah ideal atau belum. Harus ada diskusi antara semua pihak terkait.”

Pertumbuhan di sektor perdagangan juga tidak terlepas dari merosotnya usaha di industri pertanian. Pada survei yang juga dilakukan BPS pada 2013 silam, selama periode 2003-2013, tercatat adanya penurunan pelaku usaha pertanian dari 31 juta menjadi 26 juta jiwa. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya