Gubernur BI: IMF Sebut Ada Momentum Positif Pemulihan Ekonomi

Anastasia Arvirianty
26/4/2017 16:12
Gubernur BI: IMF Sebut Ada Momentum Positif Pemulihan Ekonomi
(Gubernur BI Agus DW Martowardojo. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

BANK Indonesia (BI) menyambut baik perbaikan proyeksi pertumbuhan dunia oleh International Monetary Fund (IMF). Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, perbaikan proyeksi tersebut menandakan adanya momentum positif pemulihan perekonomian dunia.

Agus menjelaskan, momentum positif pemulihan perekonomian dunia tersebut ditopang oleh kinerja ekonomi yang membaik di sejumlah negara maju dan berkembang. Meski begitu, Agus mengakui, perekonomian dunia ke depan masih diliputi kerentanan yang tinggi, ketidakpastian politik, dan kondisi keuangan global yang lebih ketat serta pertumbuhan produktivitas yang rendah.

"Secara khusus, negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai motor utama pemulihan ekonomi global dewasa ini dihadapkan pada risiko eksternal terkait kondisi keuangan global yang lebih ketat serta tren kebijakan di negara maju yang berorientasi ke dalam, termasuk dalam bentuk proteksionisme perdagangan," terang Agus melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, Rabu (26/4).

Sebagai informasi, hasil pembahasan Pertemuan Musim Semi International Monetary Fund (IMF) dan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat pada 20-22 April 2017 memberikan pernyataan positif bagi perekonomian dunia. Rangkaian pertemuan itu dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan delegasi kedua institusi.

Untuk menjaga momentum positif tersebut, Agus mengatakan, BI akan tetap mendukung digunakannya kerangka kerja sama multilateral untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi dan keuangan global dewasa ini.

"Kami memandang bahwa kerja sama multilateral mendorong berbagai sumber pertumbuhan sehingga ekspansi perekonomian dunia dapat berjalan lebih berkesinambungan," tutur Agus.

Dalam kaitan ini, tambahnya, sistem perdagangan yang terbuka menjadi sumber pertumbuhan yang sangat penting bagi negara-negara kawasan Asia, termasuk Indonesia. Namun, lanjutnya, BI juga memandang pentingnya upaya untuk memastikan agar manfaat dari proses integrasi keuangan dan perdagangan global tersebut dapat dirasakan oleh lebih banyak segmen masyarakat.

Selain itu, masih dalam rangka menjaga momentum pemulihan dan memastikan pertumbuhan yang lebih inklusif, BI juga mendukung rekomendasi IMF dan G20 tentang perlunya penerapan kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural di negara maju dan emerging.

"Rekomendasi-rekomendasi kebijakan itu sejatinya sejalan dengan bauran kebijakan yang tengah ditempuh otoritas Indonesia, termasuk BI. Kami juga menegaskan kembali pentingnya penguatan Jaring Pengaman Keuangan Internasional (JPKI) dan kebijakan pengelolaan aliran modal," kata Agus.

Terkait JPKI, Agus mengatakan, pihaknya mengapresiasi pengembangan instrumen likuiditas baru IMF serupa fasilitas swap yang dapat digunakan untuk mengatasi tekanan likuiditas jangka pendek. BI berharap agar fasilitas baru ini dapat segera tersedia di tengah lingkungan global yang masih rentan dewasa ini.

"Adapun terkait pengaturan pengelolaan aliran modal, BI memandang bahwa kebijakan pengelolaan aliran modal sebagai bagian integral dari bauran kebijakan diperlukan untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan dari volatilitas aliran modal yang berlebihan," tandas Agus. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya