Indef Sebut Kenaikan Impor Barang Konsumsi jadi Tanda Turunnya Daya Saing

Putra Ananda
26/4/2017 15:15
Indef Sebut Kenaikan Impor Barang Konsumsi jadi Tanda Turunnya Daya Saing
(MI/M Irfan)

DIREKTUR Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menuturkan naiknya angka impor Indonesia, terutama barang konsumsi menjadi tanda indikator turunnya daya saing produk dalam negeri.

Kondisi tersebut menurut Enny berbahaya, terlebih di saat bersamaan kinerja industri dalam negeri juga sedang menunjukkan indikasi adanya penurunan yang belum mengalami perbaikan.

Di sisi lain, dalih pemerintah yang menyebut bahwa impor naik karena persiapan menyambut bulan Ramadan dikatakann oleh Enny ialah hal yang tidak tepat karena barang yang masuk tidak berkorelasi dengan kebutuhan untuk menjaga stabilitas harga.

"Oke untuk antisipasi lebaran , pertanyaannya nanti bagaimana stabilitas harga apakah signifikan tidak. Menjelang Ramadhan itu untuk stabilitas harga pandan pengimpornya bukan dari Tiongkok, tapi dari Thailand, atau Vietnam. Sementara ini mayoritas dari Tiongkok, jangan-jangan salah kebijakan lagi," tutur Enny, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (26/4).

Enny melanjutkan, Kenaikan importasi dari Tiongkok cukup besar. Porsi dari Tiongkok mencapai 25% sementara Asean mencapai 20%. Enny juga menyoroti kenaikan signifikan mencapai 343% lebih untuk kategori kapal laut dan bangunan terapung.

Kenaikan ini tentu saja memunculkan tanda tanya besar karena diduga kenaikan fantastis itu berkaitan dengan impor kapal bekas. Padahal, kenaikan impor kapal jelas memukul industri galangan kapal nasional.

"Per definisi, bangunan terapung itu juga tidak jelas, apa yang dimaksud bangunan terapung. Kita curiga lonjakan impor drastis itu berkaitan impor kapal bekas, ini kan aneh, padahal pemerintah mendorong industri galangan kapal," tegas Enny.

Dengan fakta itu, sejatinya kenaikan impor bukan berita bagus. Kenaikan Impor disebut baik apabila berkaitan dengan peralatan mesin, peralatan listrik, hingga besi dan baja, yang memang bisa dikaitkan dengan menggeliatnya infrastruktur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai impor nonmigas pada Maret 2017 naik signifikan 24,94% menjadi US$ 11,10 miliar daripada bulan sebelumnya US$8,88 miliar.

Penyumbang kenaikannya berasal dari impor ponsel, plastik sampai kapal laut. Nilai impor US$13,36 miliar di Maret merupakan nilai impor bulanan tertinggi sejak Januari 2015. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya