Prospek Ekonomi Indonesia kian Cerah

Fathia Nurul Haq
18/4/2017 10:06
Prospek Ekonomi Indonesia kian Cerah
(Sumber: BPS/Grafis: Ebet)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2017 sebesar US$1,23 miliar. Perolehan itu didapat karena nilai ekspor Indonesia sebesar US$14,59 miliar, sedangkan impor sebesar US$13,36 miliar.

BPS mencatat surplus neraca perdagangan selama Maret 2017 merupakan surplus tertinggi sejak Januari 2012. Dengan demikian, surplus yang dicatat neraca perdagangan pada triwulan I 2017 mencapai US$3,926 miliar.

Membaiknya harga komoditas mendorong ekspor nonmigas tumbuh sampai 21,61% dengan total US$3.656,8 selama periode tersebut.

"Tiga komoditas yang mengalami kenaikan antara lain bahan bakar mineral, baik nilai maupun volumenya naik. Kedua adalah karet dan barang-barang dari karet. Ketiga adalah biji kerak dan abu logam," urai Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers bulanan di kantornya, Jakarta, kemarin (Senin, 17/4).

Surplus itu merupakan hasil ekspor Indonesia selama triwulan I 2017 yang tumbuh 20,84% menjadi US$40,607 miliar year on year (yoy) lebih tinggi ketimbang pertumbuhan impor 14,83% menjadi US$36,68 miliar.

Bahkan, menurut Suhariyanto, nilai ekspor untuk Maret saja, yakni US$14,59 miliar, merupakan angka tertinggi sejak Januari 2015. Dari total tersebut, US$13,11 miliar di antaranya merupakan sumbangan dari sektor nonmigas.

Menurut Suhariyanto, hal itu mengindikasikan kinerja perdagangan Indonesia sudah pulih di titik sebelum era keruntuhan komoditas pada 2012. Apalagi, pertumbuhan impor kali ini lebih disebabkan impor bahan baku dan penolong dengan andil 75,62% dari total nilai impor, diikuti impor barang modal yakni 15,35% dan barang konsumsi 9,03%.

"Ke depan kita terus berharap surplus kita terus meningkat agar mampu memberikan dorongan terhadap perekonomian nasional," kata Suhariyanto.

Dalam menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan yakin perekonomian Indonesia akan terus tumbuh baik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat, akan tetap stabil. "Soal surplus neraca perdagangan terlihat dari kurs kita juga cukup stabil," ujar Darmin.

Dia mengungkapkan, dari hasil rilis BPS selama tiga bulan berturut-turut, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Hal itu, kata dia, berarti neraca perdagangan Indonesia sedang berjalan baik-baik saja dan tidak mengalami suatu gangguan apa pun. "Saya percaya pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus," ujar Darmin.

Pertumbuhan ekspor
Dalam rilis BPS kemarin juga diungkapkan soal pertumbuhan ekspor. Berdasarkan data BPS, industri pengolahan, khususnya produk turunan, mendominasi dengan persentase 75,29%, diikuti tambang yang merangkak naik jadi 12,88% dan migas 9,73%. Sisanya ialah pertanian dengan persentase 2,1%.

Suhariyanto menguraikan, baik ekspor maupun impor, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Ekspor nonmigas ke 'Negeri Tirai Bambu' sepanjang kuartal I dilaporkan sebesar US$4,689 miliar, sedangkan impor tercatat US$7,754 miliar.

Bukan hanya meningkat secara nilai, Suhariyanto juga menekankan terjadi peningkatan volume ekspor dari 120,659 juta ton kuartal I tahun lalu kini menjadi 128,536 juta ton. Kenaikan yang bombastis itu disokong kenaikan volume ekspor yang dibarengi dengan kenaikan nilainya. (Adi/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya