341 Jiwa Mengungsi, Antisipasi Retakan Tanah Meluas di Dayakan Ponorogo

RO-Micom
11/4/2017 15:07
341 Jiwa Mengungsi, Antisipasi Retakan Tanah Meluas di Dayakan Ponorogo
(ANTARA)

POTENSI ancaman longsor makin meningkat di wilayah Ponorogo. Tanah retak disertai bunyi gemuruh di Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo menyebabkan jumlah pengungsi bertambah.

Dalam keterangan tertulis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima Mediaindonesia.com, Selasa (11/4), disebutkan jika pada awalnya pengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan berjumlah 249, jumlah pengungsi kini bertambah menjadi 341 jiwa menyusul adalah dentuman suara gemuruh sangat keras sebanyak 21 kali pada Senin (10/4).

"Lebar tanah yang retak mencapai sekitar panjang 300 meter, lebar 40 centimeter dan kedalaman 3 meter di Watuagung. Warga terdampak sebanyak 91 orang yang berlokasi di Dukuh Kliur RT. 8 yang berada langsung di bawah Dusun Watuagung ikut mengungsi sehingga keseluruhan pengungsi berjumlah 341 orang," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Menurut Sutopo, sebanyak 22 unit rumah rusak dari total 69 unit rumah yang terdampak sehingga penghuninya dikosongkan seluruhnya. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di rumahnya dan di sekitar daerah terlarang untuk mengantisipasi kemungkinan longsor.

Seluruh pengungsi ditempatkan 2 tenda pengungsi, SD 2 Dayakan dan rumah penduduk yang ditunjuk sebagai tempat pengungsian yakni rumah Mariman, Sriyono, Nyaman, Mujoko, Siman, Giyanto. BPBD Ponorogo telah mendirikan Posko di Balai Desa Dayakan.

"Pemantauan dan koordinasi dilakukan bersama dengan Muspika dan Perangkat Desa. BPBD bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat memberikan bantuan logistik, tenda, tikar, selimut, terpal, kebutuhan air bersih, MCK dan lainnya. BMKG Tretes Malang telah memasang seismograf untuk mendeteksi gempa dan getaran tanah," tuturnya.

Adapun kebutuhan mendesak yang dibutuhkan pengungsi ialah kebutuhan keperluan balita, keperluan mandi, pakaian layak pakai, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lainnya.

Sementara itu pencarian 24 korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo telah dihentikan. Kondisi medan yang berat dan adanya ancaman longsor susulan menyebabkan semua pihak menyepakati bahwa pencarian korban dihentikan.

Masyarakat telah mengikhlaskan anggota keluarga yang belum berhasil ditemukan menyusul adanya longsoran susulan yang cukup besar pada Minggu (9/4).

Dengan demikian, dari 28 korban jiwa yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo pada Sabtu (1/4), 4 jenazah berhasil ditemukan dan 24 orang dinyatakan hilang. Saat ini sebanyak 300 jiwa masih mengungsi.

Kebutuhan dasar bagi pengungsi mencukupi. Nantinya sebagian besar dari mereka akan direlokasi. Pemda Ponorogo masih mencari lahan yang aman untuk relokasi warga nantinya.

"Masyarakat dihimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya mengingat potensi longsor masih tinggidi wilayah Ponorogo. Hujan berintensitas tinggi masih berpeluang hingga awal Mei. Kondisi tanah sudah jenuh air. Apalagi kondisi batuan sudah banyak yang mengalami pelapukan sehingga mudah longsor," tambah Sutopo. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya